Jangan pernah Merasa pensiun menjadi Guru
“ Bagaimana murid bisa pinter kalau gurunya saja
sering absen mengajar”
Santri dan pelajar adalah aset masa
depan bangsa, kebaikan dan kerusakan Negri ini ada ditanganya. Mencetak mereka
menjadi generasi yang berkualitas sama
artinya mempersiapkan Negara untuk maju, adil dan makmur. Sebaliknya,
membiarkan mereka dalam kebodohan dan mengabaikan mereka sama halnya dengan
merancang kerusakan untuk neegri ini, tergantung kita sekarang, menginginkan
kebaikan negri ini atau kehancuranya.
Isyarat ini diungkapkan oleh Alllah
S.w.t dalam sebuah ayat Al- qur’an yang artinya:” Hendaklah mereka(orangtua)
khawatir bila mereka membiarkan anak cucu mereka dalam keadaan lemah, baik
fisik maupun psikis.” Apa artinya? Ayat ini menghendaki agar kita
mempersiapkan generasi yang kuat secara fisik, materi juga secara pesikis, baik
mental spiritual maupun intelektual. Isyarat ini tidak berlebihan bahkan
merupakan suatu keharusan dan bagi kita untuk memwujudkanya.
Allah telah mengisyaratkan bahwa kelak
kehancuran umat ini pada pada syistem regenerasi. Artinya, setiap masa harus
ada yang diganti, bila tidak maka akan datang sebuah kehancuran yang
disebabkan oleh keterlambatan regenerasi itu. Kemuidian dalam ayat ini juga,
Allah menawarkan solusi, yaitu bahwa perbaikan syistem regenerasi ini
hanya bisa didapat bila kita mampu menata dengan baik syistem pendidikan. Nah
sekarang siapakah yang mempunyai peran penting dalam pendidikan? Salah satunya
adalah seorang pendidik(red.guru). Kegagalan dan keberhasilan anak didik ada
pada ketajaman analisa dan kepandaian seorang pendidik. Semakin kreatif semakin
bermutu pula anak didik yang dihasilkan, begitu juiga sebaliknya.
Ada
dua tipe guru yang saat ini berkembang di kalangan kita, guru yang hanya
menjadi guru dan guru yang memiliki funsi ganda yaitu sebagai pengajar
sekaligus pendidik.
Guru yang pertama adalah seorang guru yang
pekerjaanya mirip anggota dewan(red. PNS) datang, duduk, tandatangan lalu
pulang, sama sepertiu seorang guru yang
juga datang, duduk ngajar, mengabsen lalu pulang, hanya tempatnya saja yang
berbeda. Sedang tipe yang kedua adalah seorang guru yang juga menjadi pendidik,
mereka tidak hanya datang, duduk ngajar mengabsen dan pulang tapi, mereka juga
prihatin dengan keadaan seorang anak didik diluar jam belajar mereka. Dengan
demikian seorang guru yang dalam tipe yang kedua ini tidak hanya menjadi guru
di dalam kelas, tapi juga menjadi guru di luar jam belajar.
Guru
yang pendidik ini selalu memantau hasil perkembangan belajar anak didik ketika
didalam dan diluar jam belajar. Di dalam ruang belajar guru memperhatikan anak
didik dengan serius, selalu memberi motivasi, memompa semangat anak didik dan
menciptakan hubungan yang harmonis
antara keduanyan. Begitu juga diluar jam belajar, seorang pendidik adalah
seorang guru yang selalu memantau setiap kegiatan anak didik, katakan minimal
setiap hari satu kali, kalau itu memungkinkan. Namaun, jika keadaan tidak
memungkinkan, maka cukuplah sekali dalam seminggu.
Sebagai gantinya, seorang pendidik harus
memberi porsi perhatian yang lebih tatkala berada dalam ruang kelas. Untuk memwujudkan hal ini, maka
sorang pendidik harus mempunyai jiwa militansi yang tinggi. Pendidik seperti ini
tidak pernah mengenal lelah untuk mengajar dan memantau anak didiknya. Setiap
hari disibukan menyusun rencana- rencana untuk menyukseskan anak didik. Artinya
setiap waktu pemikiranya terfokus kepada satu tujuan sebuah usaha untuk memajukan
anak didik.
Untuk itu, hendaknya jangan pernah mempunyai
keinginan untuk pensiun menjadi seorang
pendidik. Karena, seorang guru menurut takaran yang ideal adalah mendidik
didalam dan diluar ruang belajar. Di dalam kelas sebagai pengajar dan pendidik
formal, sedangkan di luar kelas sebagai pendidik moral. Mungkin, semua berfikir
menjadi tipe guru yang nomer dua ini membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup
ekstra, semuanya mempunyai pendapat yang sama sungguh berat. Namun, apabila
semuanya mempunyai pemikiran yang sama seprti ini, maka tunggulah saat
kehancuran yang diisyratkan oleh Allah s.w.t.
Dengan
demikian keputusan ada ditangan kita, kedepan generasi yang seperti apa yang
kita harapkan itu berada dalam genggaman kita, bila kita ingin menciptakan
generasi yang berkualitas, maka syaratnya cuma satu, jangan pernah merasa
pensiun menjadi guru, karena kita pada dasarnya adalah peendidik sepanjang
masa, dimanapun kita berada, kita dituntut untuk berperan menjadi seorang
pendidik, dalam artian, kita dituntut memiliki jiwa amar ma’ruf nahi munkar.
Sebalinya, bila banyak dari kita
yang merasa pensiun, apalago benar- benar pensiun menjadi guru, maka tunggulah
masa- masa kehancuran itu.(al- Faqiir Kh. Masbuhin Faqih Pengasuh PP. Mambaus Sholihin Suci- Manyar- Gresik)
karna muallim bukan profesi
ReplyDelete